Rabu, 22 Juni 2011

Guitar Secco, Produk Lokal Kualitas Internasional



Hanya dengan menggunakan telinga, kita bisa mengetahui suara gitar itu memiliki kualitas yang sempurna. Tak ada satu alat pun yang dapat menyaingi telinga yang telah diciptakan Tuhan, Sang Pencipta.
            Begitulah Yosefat Wenardi Wigono, pembuat gitar dengan merek Secco Guitar ini memberikan ilmu tentang cara mengetahui kualitas suara gitar yang baik dan indah. Sebagai seorang luthier atau pembuat gitar, pria yang akrab disapa Pak Wen mengaku bahwa telinga sebagai salah satu ciptaan Tuhan yang patut disyukuri. Tanpa telinga, seorang luthier tidak dapat mengetahui kualitas suara dari gitar yang ia buat. Alat yang ada hanyalah untuk mengukur frekuensi dari suara gitar tersebut, bukan mengukur keindahan suara gitar.
            Keterampilan membuat gitar diakui Pak Wen didapat dari Ki Anong Naeni, seorang luthier ternama di Bandung, Jawa Barat. Pak Wen dan Ki Anong bersama-sama mendirikan usaha pembuatan gitar akustik ini sejak tahun 1999. Selama lima tahun, Pak Wen mendapatkan bimbingan dari Ki Anong untuk membuat gitar. “Learning by doing”, itulah yang dilakukan Pak Wen saat berguru dengan Ki Anong sembari mempraktikan membuat gitar.
            Selain belajar dari Ki Anong, Pak Wen juga mengembara ke negara Spanyol untuk  menambah wawasannya dalam membuat gitar. Menurut Pak Wen, Spanyol merupakan negara penghasil gitar-gitar terbaik di dunia. Maestro-maestro luthier dunia belajar membuat gitar di negeri itu. Pak Wen melihat langsung di sana dan mempelajari bagaimana luthier besar kelas dunia berkreasi, yang mungkin pada proses berikutnya kunjungan tersebut akan menjadi pengalaman menarik sekaligus bekal untuk menciptakan gitar yang ideal dan mempunyai pengakuan.
            “Kota Madrid dan Granada merupakan dua kota di Spanyol yang banyak memiliki pengrajin-pengrajin gitar kelas dunia,” ujar Pak Wen. Selain belajar ke Spanyol, Pak Wen juga mempelajari struktur dan komponen yang terdapat pada gitar-gitar buatan Jepang. Dari Spanyol dan Jepang inilah Pak Wen dapat membuat gitar-gitar yang berkualitas.
            Dalam proses pembuatan gitar ini, Pak Wen menggunakan kayu-kayu yang berkualitas sebagai bahan pembuatan gitar-gitarnya. “Gitar yang baik dan berkualitas harus memiliki material yang bagus dan niat yang tulus dari pembuatnya. Itulah yang selalu saya tanamkan kepada karyawan-karyawan saya,” ujar Pak Wen yang memiliki workshop di Jalan Tanjung, nomor 13, Kota Bandung, Jawa Barat.
            Tak tanggung-tanggung, Pak Wen mengimpor berbagai jenis kayu alami atau solid wood dari benua Eropa. Kayu sprus dari Jerman dan cedar dari Spanyol merupakan bahan utama gitar-gitar buatan Secco Guitar. Selain mengimpor kayu dari Eropa, Pak Wen juga menggunakan kayu-kayu lokal dari Indonesia seperti mahoni dan sonokeling atau dikenal juga dengan nama rosewood. Dipilihnya kayu-kayu tersebut bukanlah tanpa alasan. Pak Wen tahu betul mana kayu yang dapat menghasilkan kualitas suara yang baik bagi gitar-gitar akustiknya.
Dalam rangka menjaga kualitas dan memberikan pelayanan kepada pelanggannya, Pak Wen memberikan garansi bila seseorang membeli gitarnya. Tak tanggung-tanggung Pak Wen memberikan garansi seumur hidup bagi pembeli yang membeli gitar yang berbahan kayu alami. Kepuasan pelanggan adalah yang utama. Membuat satu gitar, baginya seperti membuat dua buah gitar. 
Ketika ditanya mengenai perbedaan gitar buatan Secco dengan gitar merek lain, Pak Wen menjawab material-material itulah yang membedakan gitar Secco dengan gitar-gitar buatan merek lain. Selain material, yang membedakan adalah suara yang dikeluarkan dari gitar. “Setiap luthier memiliki resep tersendiri dalam menghasilkan suara,” tukas Pak Wen.
Dalam menjual gitar-gitarnya, Pak Wen menjual dengan kisaran harga antara Rp 3 juta sampai Rp 40 juta. Komponen-komponen yang ada pada setiap gitar sangat berpengaruh dalam menentukan harga jual gitar. Menurut Pak Wen, harga yang ia tawarkan masih tergolong murah. Bahkan seorang pelanggannya pernah mengatakan bila Pak Wen sangat murah dalam menjual gitar-gitarnya.
“Membeli gitar itu ibarat membeli mobil. Orang akan membeli gitar sesuai dengan minat serta uang yang ia keluarkan. Kalau seseorang berminat dan mampu membeli mobil Mercedes Benz, kenapa ia harus membeli Avanza,” tegas Pak Wen.
Berbeda dengan merek Yamaha, Gibson, atau merek terkenal lainnya, nama Secco Guitar tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Menurut Pak Wen nama Secco Gitar kurang terdengar di masyarakat karena memang produksinya yang limited. Hal ini terjadi karena gitar-gitar buatan Secco dibuat oleh tangan manusia, bukan oleh mesin-mesin pabrik yang bisa membuat gitar secara massal.
            Walaupun namanya tak terkenal di masyarakat, namun sudah banyak musisi Indonesia yang membeli gitar merek Secco ini. Tercatat nama Iwan Fals, Sawung Jabo, Donny Suhendar, Debu, serta Nugie pernah memesan gitar buatan Pak Wen ini. Terdapat juga musisi-musisi asal Bandung yang menjadi pelanggan Secco Guitar seperti Mukti-Mukti, Pidi Baiq, dan Harry Pochang. Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pun menggunakan gitar Secco ini.
            “Saat itu saya kedatangan beberapa orang yang memesan gitar sebagai hadiah ulang tahun SBY, dan mereka memesan gitar yang harganya kalau tidak salah kurang dari Rp 10 juta,” kenang Pak Wen.
            Kualitas gitar Secco tak hanya diakui musisi dan kolektor gitar dalam negeri, tapi juga oleh musisi dan kolektor yang ada di luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Australia, Jepang, dan Amerika Serikat. Mereka inilah pelanggan yang membeli gitar dengan harga tinggi hingga mencapai Rp 40 juta.
Pak Wen, luthier asal Bandung yang gitar-gitar karyanya sudah mencapai luar negeri
           
“Pemasaran yang kita lakukan memakai sistem “MLM” alias mulut lewat mulut,” canda Pak Wen. Dengan sistem “MLM” inilah omset yang didapat oleh Secco Gitar dalam satu bulan mencapai Rp 100 juta. Terhitung sudah sekitar 400 sampai 500 buah gitar yang diproduksi Secco Gitar dari tahun 1999 hingga saat ini. Memang secara kuantitas, produk yang dihasilkan belum banyak, namun Pak Wen optimis Secco Guitar akan naik ke level yang paling atas.
Kendala utama yang dihadapi oleh Pak Wen adalah dari segi sumber daya manusia. Menurut Pak Wen, ia mengaku sulit untuk menyamakan visi dan misi. Pak Wen menyiasatinya dengan rutin mengadakan pelatihan-pelatihan sehingga karyawan-karyawannya dapat membuat gitar dengan sempurna.
Akhir wawancara, Pak Wen memberikan pesan untuk para wirausahawan muda yang ingin sukses. Berdasarkan pengalaman Pak Wen, terdapat tiga hal yang terpenting bila seseorang ingin berwirausaha. Pertama, kita harus tahu tujuan atau niat kita untuk berwirausaha. Tujuan atau niat tersebut haruslah tulus dan ikhlas. Setelah mengetahui tujuan, kita pun harus konsisten dengan tujuan kita. Barulah setelah dua hal itu terpenuhi, seorang wirausahawan yang baik wajib untuk mengembangkan sumber daya manusia. Itulah resep sukses dari Pak Wen.
Untuk para musisi di Indonesia, Pak Wen berpesan, "Mulailah cintai dan gunakan gitar produksi dalam negeri. Saya yakin, kualitas tidak jauh berbeda dengan buatan luar negeri."
Gitar dengan motif ukiran batik menjadi salah satu karya terbaik Pak Wen
Tim Liputan: Bayu Septianto & Achmad Zahid

Menghargai Sosok Perempuan dan Ibu ala Brigadir Avvy




Menjadi seorang polisi wanita memang cita-cita Avvy sejak kecil. Semangat yang ada di dalam dirinya serta dorongan yang selalu diberikan oleh orangtuanya menjadi kunci sukses ia menjadi seorang polisi wanita. Menurut Avvy, peran orangtua terutama ibu sangat besar bagi dirinya. Sosok seorang ibu memberikan inspirasi bagaimana menghadapi persoalan hidup serta cara untuk menyelesaikannya.
Bayu Septianto dan Kresna Ramadhany dari Kala dan SelametMorning.blogspot berhasil mewawancarai Brigadir Avvy Olivia. Pertanyaan-pertanyaan seputar masalah perempuan dan sosok seorang ibu dijawab dengan penuh semangat.

Kenapa Anda memilih profesi polisi yang identik dengan pekerjaan pria?
Kalau ditanya seperti itu, saya pasti menjawab karena cita-cita saya dari kecil. Kebetulan kakek-kakek saya itu polisi, walaupun orang tua saya bukan polisi. Nah, saya dulu sempat mau daftar jadi pramugari, tapi waktunya bertepatan dengan pendaftaran polisi wanita, dan saya pun lebih memilih jadi polisi wanita.

Tanggapan orang tua waktu mau jadi polisi bagaimana? Mendukungkah?
Sangat mendukung. Saking mendukungnya, saat akan mengkuti tes masuk kepolisian, papa sering menemani saya lari, bahkan saat makan pun ibu saya menghitung waktu saya makan. Saat mendaftar papa itu selalu menemani saya.

Pengalaman yang paling berkesan jadi polisi?
Kalau yang paling berkesan itu saya pernah menjadi pramugari polisi. Nah dengan menjadi polwan, keinginan saya untuk menjadi pramugari bisa terwujud. Selain itu, menjadi presenter seperti sekarang ini juga pengalaman yang berkesan.

Diskriminasi terhadap perempuan itu masih sering terjadi dimana-mana, pernahkah Anda mengalami diskriminasi tersebut?
Tidak pernah. Memang tidak ada diskriminasi di kepolisian. Secara naluri, tidak mungkin perempuan ditempatkan di tempat yang berisiko tinggi, walaupun ada tetapi secara umum diskriminasi itu tidak ada.

Apakah Anda setuju dengan anggapan bahwa perempuan itu lemah?alasannya?
Brigadir Avvy Olivia dan Briptu Eka Frestya siap memberikan info lalu lintas
Tidak. Perempuan itu gak ada yang lemah. Kekuatan itu datang dari sendiri, percaya diri itu juga termasuk kekuatan. Menurut saya, lemah adalah seseorang tidak melakukan sesuatu untuk perubahan dirinya yang lebih baik. Siapapun yang melakukan perubahan yang lebih bagus untuk dirinya dan juga orang lain, dia lah yang kuat.

Apakah Anda setuju dengan perempuan yang menjadi pemimpin?alasannya?
Setuju. Perempuan memiliki naluri keibuan dimana ia selalu memikirkan resikonya setiap ada masalah. Bukan berarti laki-laki tidak, tetapi laki-laki dan perempuan pasti memiliki cara pandang yang berbeda. Perempuan yang menjadi pemimpin itu pastinya perempuan yang benar-benar kuat, karena dia bisa membagi waktu antara keluarga dan tugas yang ia pimpin. Kalau dengan keluarga saja ia tidak bisa membagi waktunya, pasti dia juga tidak bisa menjadi seorang pemimpin.

Bagaiamana pendapat Anda tentang kondisi perempuan Indonesia pada saat ini?
Kondisi perempuan Indonesia saat ini banyak sekali mengalami kemajuan dari berbagai bidang.

Lalu, bagaimana pendapat Anda tentang Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri?
Wah, saya kagum sekali sama mereka. Untuk bekerja di luar negeri, harus memiliki mental yang kuat dan sudah harus siap menanggung resikonya, seperti jauh dari keluarga.

Dengan adanya perlakuan kasar yang mereka hadapi, bagaimana?
Menurut saya, pemerintah Indonesia seharusnya lebih melindungi para pekerja dari kekerasan yang mereka terima. Pemerintah harus menyediakan jalur yang benar, sehingga para TKW memilih agen yang benar dan bukan ilegal.

Kalau tadi tentang TKW, bagaimana dengan perempuan yang berprofesi sebagai kondektur, kuli panggul, atau tukang sapu jalan?
Pekerjaan seperti itu juga tidak mudah ya, tapi selama pekerjaan itu halal dan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, saya rasa itu merupakan hal yang positif.


Bagaimana Anda melihat peran seorang ibu dalam rumah tangga?
Peran ibu dalam rumah tangga sudah pasti sangat penting. Ibaratnya ayah adalah seorang pilot, nah ibu itu kopilotnya. Ayah yang mencari nafkah, dan ibu mengurus rumah tangganya walaupun berhak juga untuk mencari nafkah.

Kalau ayah yang di rumah mengurus rumah tangga, dan ibu yang bekerja mencari nafkah itu bagaimana?
Menurut saya, tidak akan jadi masalah bila mereka sudah saling sepakat.

Apakah itu tidak menyalahi kodrat?
Gak sih. Kalau keadaannya seperti itu tentu harus ada kesepakatan terlebih dahulu.

Bagaimana cara ibu Anda mendidik anak-anaknya?
Alhamdulillah, ibu saya memiliki empat orang anak dan bisa mengurus semuanya. Sejak anak-anaknya masih kecil, ibu saya sudah menanamkan sikap mandiri kepada anak-anaknya. Dulu kalau saya mau berangkat sekolah, saya harus menyetrika baju sendiri. Selain itu, saya juga harus menjaga adik-adik saya, membantu pekerjaan rumah, dan berbagai hal yang tentu harus diajarkan kepada anak-anaknya sejak kecil. Jadi, perintah ibu itu pasti ada manfaatnya.

Apakah nantinya cara mendidik itu Anda terapkan juga ke anak-anak Anda?
Iya, pasti saya akan mengambil dan menerapkan hal-hal yang positif ke anak saya. Karena saya yang sekarang ini berkat hasil didikan orangtua saya juga.

Apakah pesan Anda untuk kaum perempuan dan ibu di Indonesia?
Untuk para perempuan dan ibu di Indonesia, saya hanya berpesan terus maju dan jangan mudah menyerah menghadapi persoalan hidup. Tidak ada keberhasilan tanpa melewati kesulitan.


Kresna Rama (atas), dan Bayu Septianto (bawah) foto bersama Brigadir Avvy Olivia













Biodata
Nama                    : Avvy Olivia Atam
Kelahiran            : Jakarta, 16 April 1983
Pangkat                : Brigadir Polisi
Kesatuan             : Korps Lalu Lintas Polri
Pendidikan         : Sekolah Polisi Wanita Angkatan 26 (2002)
Nama Suami      : AKP Ikram Arrasyid
Nama Anak         : Masyhita Zallianty Arrasyid

Minggu, 06 Juni 2010

Motor Pintar, Perpustakaan Yang Dapat Berjalan Ke Daerah Pelosok


http://farm4.static.flickr.com/3270/2870917652_94f24a59f3.jpg?v=0

Mengapa motor ini disebut motor pintar? Karena motor buatan Cina(Dayang,1998) ini berfungsi sebagai perpustakaan berjalan. Motor dari sumbangan SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) ini digunakan untuk menjangkau tempat-tempat khususnya lingkungan miskin untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat lewat buku yang di bawa oleh motor pintar ini.

Program Motor Pintar merupakan program layanan pendidikan non formal dilakukan melalui penyediaan sarana pembelajaran pada motor. Dirancang dengan strategi pembelajaran yang penuh makna dan menyenangkan bagi peserta didik khususnya anak usia 4-15 tahun. Dengan Motor Pintar ini akan dijangkau daerah-daerah terpencil dan berada diwilayah pedalaman yang sulit dicapai dengan mobil.
Motor ini diberi gandengan kotak dari besi, yang mempunyai kegunaan multi fungsi. 

Namun nasib motor pintar ini ada beberapa yang sudah lama tidak berfungsi dikarenakan sudah tidak ada yang mengelolah dan merawatnya seperti dahulu. Padahal motor ini bisa memberikan manfaat yang besar untuk pendidikan di Indonesia.

http://skbtenggarong.files.wordpress.com/2009/01/img-0606.jpg

oleh : kresna ramadhany 210110080195

Sepinya Pameran Foto Le Pieton de Paris


Le Pieton de Paris atau dalam bahasa Indonesia berarti Pejalan Kaki Paris adalah sebuah tema dalam pameran foto yang digelar oleh Pusat Kebudayaan Prancis (CCF) Jakarta. Pameran ini diadakan di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat.

Pameran foto ini terlihat sepi pengunjung. Foto-foto hanya dibiarkan saja berdiri di sekitar taman. Tidak ada pihak panitia yang menunggu pameran ini. Menurut Yatno, pedagang minuman yang sering berdagang di Taman Suropati mengatakan kalau pameran foto ini dibiarkan seperti ini dari kemarin, hanya hari pertama saja yang banyak panitianya.

"Saya kebetulan lewat sini lalu diajak teman saya lihat-lihat pameran foto ini", ujar Aditya Kurniawan (20), seorang mahasiswa yang mengunjungi pameran ini. Menurut dia foto-foto yang ditampilkan disini bagus-bagus dan unik-unik, tetapi dia heran dengan sepinya pameran foto ini.
 Adit (20) sedang melihat salah satu foto yang dipamerkan dalam pameran foto CCF di Taman Suropati, Jakarta

Pameran yang seharusnya digelar dari tanggal 12-31 Mei 2010 ini dilanjutkan oleh panitia hingga tanggal 21 Juni 2010. Foto-foto yang di pamerkan merupakan hasil karya beberapa seniman asal Paris diantaranya Eugene Atget, Louis Vert, Bernard Plossu, Patrick Tosani, dan masih banyak lagi. Kurangnya publikasi menyebabkan pameran ini sepi pengunjung.
                                                                           
Oleh : Bayu Septianto/210110080023
Foto : Kresna ramadhany

Ikhlas, Kunci Menghadapi Kehidupan


Hidup dengan penghasilan yang sangat kurang. Itulah yang banyak dialami orang di sekitar kita. Kerja keras setiap hari, keringat yang bercucuran dari tubuh mereka rupanya tak sebanding dengan apa yang mereka dapatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ikhlas, satu kata yang hanya dapat mereka ungkapkan dalam menghadapi kehidupan ini.
Dibalik megahnya kota kembang Bandung, rupanya masih banyak orang yang berpenghasilan sangat rendah. Walaupun mereka bekerja menggunakan seragam, tetapi penghasilan mereka masih dibawah Upah Minimum Regional (UMR), ataupun Upah Minimum Kota (UMK) sehingga sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sukarna,  kakek yang sudah berusia 73 tahun ini masih semangat bekerja menjadi juru parkir di depan rumah makan Bakmi Kejaksaan yang berada di Jln. Kejaksaan, Kota Bandung.  “Saya menjadi tukang parkir ini dari tahun 50-an lah, lupa saya,” ujarnya sambil tertawa dan menunjukkan kartu anggota resmi juru parkir dari Pemerintah Kota Bandung.
Bekerja dari pukul 14.00 sampai 21.00, penghasilan yang didapat Pak Karna hanyalah sekitar Rp 10.000 sampai 15.000. “Kalau lagi rame, ya alhamdulillah dapat Rp 20.000 sampai Rp 30.000,” ujarnya. Dengan penghasilan segitu, Pak Karna masih harus menyetorkan upah kerjanya kepada dinas terkait sebesar Rp 5000. Terkadang, untung yang didapat Pak Karna setelah seharian bekerja hanya cukup untuk membayar uang setoran.
Kakek yang hanya tamatan Sekolah Dasar(SD) ini memilki satu istri tersayang,  tujuh anak, serta telah memilki 19 cucu. “Anak-anak saya kebanyakan cuma lulus SD, mereka sekarang ada yang bekerja, ada yang nganggur, dan ada juga yang jadi tukang parkir juga seperti saya ini,” ujar Pak Karna menceritakan tentang anak-anaknya kepada kami.
Dengan penghasilan sebesar itu, Pak Karna masih harus menanggung beban kehidupan dia, istri, dan anak-anaknya yang tidak bekerja alias menganggur. Pak Karna mengeluhkan tentang mahalnya harga-harga bahan pokok sekarang ini. Tentu saja masalah ini menambah beban hidup yang ditanggung oleh Pak Karna. Mahalnya minyak tanah untuk memasak juga dikeluhkan oleh Pak Karna. Namun, sejak adanya konversi minyak tanah ke gas, agaknya dapat meringankan beban hidup yang ditanggung oleh Pak Karna. “Walaupun harga gas elpiji lebih mahal daripada minyak tanah, tapi kalau pakai gas kata istri saya lebih irit dan tahan lama,” kata Pak Karna.
Itulah Sukarna, walaupun hidupnya sulit, tetapi Ia dan keluarganya masih dapat hidup bahagia.
Oleh : Bayu Septianto/210110080023

Sabtu, 05 Juni 2010

"SOUNDLICIOUS" perpaduan musik dan budaya


Musik bercambur dengan kebudayaan telah berhasil dibuat menjadi perpaduan yang menarik didalam acara yang bertema “soundliciuos” yang digelar HIMA Administrasi Negara FISIP UNPAD di Teater Terbuka Dago Tea House - Bandung pada tanggal 9 Mei 2010 (13.00-23.00).
Banyak penonton yang tertarik untuk menyaksikan acara yang berbeda ini, didalam acara ini tidak hanya konser musik yang disediakan oleh para panitia namun kebudayaan Indonesia juga ada seperti permainan alat musik tradisional (galengan) dan tarian-tarian dari berbagai suku Indonesia yang bisa membuat kagum para penonton.
Performing artis yang ditmpilkan :
·         Mocca
·         White Shoes and The Couples Company
·         Endah n Rhesa
·         The Trees and The Wild
·         Baby Eats Crackers
·         Adhitia Sofyan
·         Dan lain-lain
Walaupun harga tiket cukup tinggi 40 ribu rupiah, namun hal tersebut tidak membuat acara ini sepi penonton. Acara ini berjalan dengan baik. Salah satu pengunjung acara, Sugih Mulyadi, mengaku sangat senang mengunjungi acar ini. “Salut buat acar ini, musiknya keren dan gw ingat dulu jaman gw SD. gw sempat belajar untuk bermain alat musik tradisional bersama teman-teman tapi ga sekeren ini,” kenangnya.

oleh : kresna ramadhany 210110080195




(share) Berbagi Pengalaman Tentang Bahasa Dan Budaya(^-^)

Berbahagialah kita menjadi orang Indonesia, karena Indonesia memiliki banyak budaya dan bahasa yang berbeda-beda namun tetap satu. Namun pastinya terdapat hal-hal yang menarik yang bisa kita ceritakan karena bahasa antar budaya yang berbeda-beda. Tulisan ini dibuat untuk kita berbagi cerita dan pengalaman lucu yang terjadi antara budaya yang memiliki arti komunikasi yang berbeda.

Ini lah beberapa cerita menarik yang pernah saya alami

Mangga

Ketika mengikuti tes masuk Universitas Padjadjaran, saya datang kerumah saudara saya yang berada di Bandung bersama ibu saya. Saya dan ibu datang kesana dengan membawa buah-buahan, seperti:jeruk,apel,mangga dan banyak makanan kecil sebagai oleh-oleh untuk mereka.
Saat ibu meminta tolong kepada kakak ipar saya untuk mengupas buah mangga , ibu berkata dengan bahasa Indonesia “tolong kupasin,buah mangga” namun kaka ipar saya yang belum bisa bebahasa Indonesia mengartikannya “tolong kupasin,buahnya”
Kaka ipar saya pun bingung dan bertanya ??

Kaka ipar : buah yang mana, bu?
Ibu : yang mana saja kan banyak di meja buah mangga.
Kaka ipar : iya bu..

Tiba-tiba kaka ipar saya mengupas buah jeruk yang ada dimeja lalu memberikannya kepada ibu.Ibu kaget karena yang dia minta buah mangga bukan buah jeruk.
Ibu saya pun akhirnya mengerti bahwa kaka ipar saya itu belum terlalu lancar dalam berbahasa Indonesia.


Bebek

Waktu saya masih kecil saya pergi ke rumah nenek di Palembang, Sum-sel. Setelah beberapa hari tinggal dirumah nenek,tiba-tiba nenek menyuruh adik saya yang bernama Kiko untuk memebersihkan kolam dibelakang rumahnya. Kiko pun langsung memebrsihkan kolam itu dan sesekali bertanya kepada nenek apa saja yang mesti dibersihkan.

kiko : nek..
Apa aja yang mesti dibuang?
Nenek pun menjawab dengan menggunakan bahasa melayu.
nenek : yang kau galak bae(yang kamu mau aja)
kiko : oh….

Setelah kiko selesai membersihkan kolam tiba-tiba nenek datang dan langsung memarahi aku karena bebek yang ada di kolam hilang semua.
Ibu pun bertanya kepada mengapa nenek bisa marah kepadanya.

Ibu : kenapa bebeknya kamu lepasin keluar??
Kiko : ya abis bebeknya aku kira bae tapi taunya galak. Kan kata nenek yang galak dibuang aja.

Ibu saya pun hanya bisa tertawa mendengar cerita kiko yang tidak mengerti apa yang
nenek bilang kepadanya dengan menggunakan bahasa melayu.

Sudah Kenyang

Pada saat berlibur bersama keluarga di Bali, ketika sesampainya disana ayah saya mengajak makan disebuah restoran yang tidak jauh dari bandara sekaligus ia sudah ditunggu temannya yang tinggal di Bali. Sesampainya saya disana ayah langsung bertemu temannya itu dan menyuruh kami memesan makanan sebanyak-banyaknya. Kesempatan ini tentu saja tidak akan saya sia-siakan, saya memesan makanan yang cukup banyak. Setelah saya selesai makan saya berkata “kenyang banget” dengan suara yang cukup keras. Saya menjadi heran mengapa setelah saya berkata kenyang orang-orang yang ada disekitar melihat saya dengan tersenyum??
Teman ayah saya memberi tahu bahwa arti kenyang dalam bahasa bali adalah “terangsang”. Pada saat itu saya menjadi malu dan langsung meminta keluarga saya untuk cepat-cepat pergi dari restoran tersebut.

Panas-dingin

Cerita ini adalah pengalaman kakak saat bertugas di Aceh, tepatnya di daerah Pidie. Pidie adalah daerah yang jauh dari kesan modern. Kakak saya lalu berkenalan dengan seorang pemuda mantan anggota GAM. Nama pemuda itu adalah Udin.
Pada awal berkenalan kakak saya mengajak dia makan di sebuah rumah makan padang. Lalu kakak saya mentraktir Udin. Sebelum memesan makanan, Udin bertanya dulu pada kasir:
Udin : Pak teh manis panas brapa?
Kasir : Rp. 2000 bang
Udin : Kalo the manis dingin?
Kasir : Rp. 2500

Mungkin karena merasa tidak enak, udin memesan teh manis panas. Dan keajaiban terjadi, ketika the panas itu dihidangkan Udin langsung meminumnya dalam keadaan nyaris mendidih. Kakak saya takjub sekaligus heran melihat kelakuan Udin tersebut.

Kakak : Din, kok langsung kamu minum tehnya? Kan masih panas banget tuh?
Udin : Iya bang, sengaja Udin minum panas-panas supaya harganya gak naik karena dingin.

Ketika kakak saya dalam perjalanan untuk ke tempat penginapannya diantarkan oleh Udin, kakak saya menanyakan tentang hal tadi dan kakak saya mengetahui bahwa di kampung Udin tidak ada alat pendingin ataupun es batu, sehingga persepsi dia tentang panas berubah menjadi dingin sangat besar padahal kalau kita yang menilai sama saja.

Ngesot

Sewaktu saya di SMA, saya memiliki teman yang berasal dari Betawi asli dia bernama Ali. Ketika saya sedang bermain dirumah nya ia mengajak saya untuk mencari makan disekitar dekat rumahnya. Saya pun bertanya,
saya : naek apa kita kesana?
ali pun menjawab pertanyaan saya dengan bahasa betawi yang sering dia pakai kalau sedang berada di lingkungan rumahnya yang memang orang betawi semua.
Ali : orang Cuma di depan aje, kite ngesot ja dah.
Saya : ngapain ngesot ditengah jalan, jalan kaki aja kenapa.
Dia pun menjawab dengan malu-malu
Ali : ya itu maksudnye gw. Hehe…

Tenyata ngesot itu menurut bahasa betawi adalah berjalan kaki.

Mungkin kamu bisa juga memberikan pengalaman menarik??
Kamu bisa ceritakan pengalaman itu disini!!!
Oleh : Kresna ramadhany 210110080195